Minggu, 11 Maret 2012

Contextual Teaching and Learning (CTL)



Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)

Definisi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual tidak ada sebuah definisi atau pengertian tunggal. Setiap pakar dan komunitas pakar memberikan definisi beragam. Namun mereka bersepakat bahwa hakekat pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang mendorong pembelajar untuk membangun keterkaitan, independensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan realitas, lingkungan personal, sosial dan kultural yang terjadi sekarang ini (Moh.ImamFarisi,2005).

Definisi Pembelajaran Kontekstual atau CTL menurut para ahli. Ada tiga ahli pendidikan yang kami ambil untuk mendefinisikan pembelajaran kontekstual ini (CTL). Definisi tersebut antara lain.
Elaine B. Johnson
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau disebut secara lengkap dengan Sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Dengan pengertian tentang pembelajaran kontekstual diatas, diperlukan usaha dan strategi pengajaran yang tepat, sehingga dapat dicapai tujuan untuk mengantarkan guru dan murid dalam sebuah pendidikan yang kontekstual. Untuk mencapai tujuan ini, sistem pembelajaran kontekstual mempunyai delapan komponen utama.
Komponen pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai berikut:
1. membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
2. melakukan pekerjaan yang berarti,
3. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
4. melakukan kerja sama,
5. berpikir kritis dan kreatif,
6. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang (konstruktivisme),
7. mencapai standar yang tinggi,
8. dan menggunakan penilaian autentik.
Akhmad Sudrajat
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Diknas
Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson ada delapan komponen utama dalam pembelajaran kontekstual

1. Melakukan hubungan bermakna (making meaningful connection).
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).

2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan ( doing significant work).
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuan, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya atau hasil yang sifatnya nyata.

3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.

4. Bekerja sama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling bekomunikasi.

5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif yaitu dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunkan logika dan bukti-bukti.

6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa menghormati temannya dan orang dewasa. Namun siswa tidak akan berhasil tanpa dukungan orang dewasa.

7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard)
Siswa mengenal dan mencapai setandar yang tinggi yaitu mengidentifikasi tujuan dan memotifasi siswa untuk mencapainya.

8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assesment)
Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian authentic diarahkan pada proses mengamati, menganalisa, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan hanya pada hasil pembelajaran. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.

Portfolio merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks belajar di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar. Selain itu, portfolio juga memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai pembelajar aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan survey mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.

Tugas kelompok dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok proyek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan siswa.

Dalam penilaian melalui demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama.

Read more: http://kafeilmu.com/2011/05/definisi-pembelajaran-kontekstual-ctl.html#ixzz1cz74hsYL
Beberapa ciri pembelajaran kontekstual antara lain:
1. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran,
2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi,
3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan,
4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri,
5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman,
6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri,
7. Siswa mengunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran.

Berkaitan dengan peran guru, agar proses pengajaran kontekstual dapat lebih efektif kaitannya dengan pembelajaran siswa, guru diharuskan merencanakan, mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk keperluan itu, guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual.
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.
5. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengkaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa didorong untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap konsep/ teori yang sedang dipelajarinya
6. Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya.

Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.

Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning

Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Sumber: http://sheilajrina.wordpress.com/2011/11/19/pembelajaran-kontekstual-contextual-teaching-and-learning-ctl/

Selasa, 28 Februari 2012

CONTOH MENULIS CV

CURRICULUM VITAE


Identitas

Nama : Salahuddin, S.Pd, M.Ed
Tempat/Tgl Lahir : Bima, 14 Desember 1974
Alamat : Gang Kenari no. 29 A, RT/RW 02/01
Kel. Manggemaci- Kec. Mpunda
Kota Bima
Nomor Telepon : (0374) 44...
Hp. O85238275....



Pendidikan

S2 (Master) : 2007-2008 pada Faculty of Education Flinders
University, Australia

S1: 1992-1996 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Bahasa Ingris-
Universitas Mataram

SMA : 1989-1992 pada SMAN 1 Kota Bima
SMP : 1986-1989 pada SMPN 1 Kota Bima
SD : 1980-1986 pada SDN no. 2 Penana’E

Beasiswa/Penghargaan

1. 2008 Councellor’s Letter of Commendations dari Flinders University- Australia tahun 2008.

2. Certificate of Appreciation dari MIIAS (Masyarakat Islam Indonesia Australia) sebagai koordinator MIIAS-AIA Sport Tournament di Australia tahun 2008.

3. Beasiswa S2 APS (Australian Partnership Scholarship) dari Pemerintah Australia tahun 2007-2008.

4. Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dari Universitas Mataram tahun 1994-1996.
5. Juara I pada Lomba Inovasi Pembelajaran Guru tingkat Provinsi NTB tahun 2006.

6. Penghargaan dari Bupati Bima sebagai Guru Berinovasi Tingkat Nasional tahun 2006.

Penataran, Pelatihan & Seminar

Tingkat Internasional
1. The Introductory Academic Program for International Students pada Flinders University, Australia tahun 2007

2. Graduate Students Seminar and Workshop pada Flinders University, Australia tahun 2007

Tingkat Nasional
1. Seminar Nasional Lingkungan Hidup tahun 2009.
2. Workshop novasi Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2006.
3.Pelatihan Bahasa (English for Academic Purposes) selama 9 bulan di Bali tahun 2006.

Tingkat Provinsi
1.Pelatihan ToT MGMP Bahasa Inggris tahun 2005.
2.Pendidikan dan Pelatihan Tindak Lanjut Hasil Uji Kompetennsi Guru SMP tahun 2005.
3.Pelatihan Guru Sekolah Jauh tahun 1999.
4.Penataran IMTAQ tahun 1999.

Tingkat Kabupaten
1. Diklat PTK bagi Guru SMP/MTS Tingkat Kabupaten Bima tahun 2005.
2. Diklat MGMP Tahun 2004.
3. Workshop KBK dan SKS tahun 2004.
4. Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru tahun 2002.
5. MGMP Bahasa Inggris tahun 1999.

Pengalaman Mengajar

1997- Sekarang : Mengajar sebagai Guru Tetap pada SMPN 2 Wera- Kabupaten Bima.
2009- Sekarang : Mengajar sebagai Dosen Tidak Tetap pada STKIP Bima dan STKIP Taman Siswa Bima.
1994-1996 : Mengajar sebagai Guru Tidak Tetap pada Madrasah Aliyah Blencong-
Gunung Sari, Lombok Barat.

Pengalaman Organisasi
MGMP Bahasa Inggris SMP Kab. Bima 2011-2013 Sebagai Ketua
MIIAS (Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia Australia Selatan) tahun 2007-2008
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) tahun 1997- Sekarang.
IPQAH (Ikatan Pembaca Al-Qur’an dan Hafidz) Kecamatan Wera tahun 2004- Sekarang.
MAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam) FKIP UNRAM tahun 1994-1996.
HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi) Bahasa Inggris tahun 1995-1996.
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) tahun 1994-1996.



Bima, 03 Maret 2012

Yang Membuat,



Salahuddin, S.Pd, M.Ed.

CONTOH SOAL BAHASA INGGRIS

Choose the suitable word to complete the paragraph!

Life in the countryside is more relaxed than in the city. You can wake up in the morning and have a nice ......(8). You can live on farm. You can be a farmer. You do not have to run out your house and ....(9) to get on the bus. You do not have to fight to get on a ....(10) bus for an hour.


8. A. breakfast
B. lunch
C. dinner
D. Supper
9. A. call
B. order
C. queue
D. cancel
10. A. slow
B. fast
C. empty
D. crowded

Choose the suitable word to complete the paragraph!

An Indonesian businessman Zainuddin, a director of company in Central Jakarta travels to work everyday in a helicopter. He ........(11). To drive to work from his home in Bogor. One day he had a bad accident not to drive a car again. He..............(12). The helicopter and quickly learned to...........(13). It. Now he gets to work in twenty minutes.

11. A. uses
B. used
C. is using
D. will use

12. A. is buying
B. will buy
C. bought
D. buys

13. A. fly
B. flew
C. is flying
D. will fly



14. Lidya : There is not any sugar left, Ratna.
We need ... to make cakes.
Ratna : Okay, I will buy it then. Do we need eggs too?.
Lidya : No we don’t.
A. many
B. a lot
C. a few
D. any

15. Librarian : Stop talking, please!
You disturb other visitors.
Students : ........ We didn’t mean it.
A. we are sorry
B. we are disappointed
C. we are happy
D. we are pleased

16. Next week I.......... to Bali to visit my uncle.
A. go
B. went
C. have gone
D. will go
17. I ........... now. So please do not disturb me
A. studied
B. study
C. am studying
D. have studied

18. Two day ago, we ..... our new teacher
A. meet
B. met
C. are meeting
D. will meet

19. Edy : Can you take my umbrella, please?
Dian : There are four umbrellas here. ....... yours?
A. What
B. Which
C. What sort
D. Where

20. Putri : ...... are you, Alfi?
Alfi : I’m 18 years old
A. How old
B. How tall
C. How big
D. How heavy

21. Tourist A : Mataram is a lovely city, ....
Tourist B : Well, but I prefer Kota Bima.
A. is it?
B. does it?
C. isn’t it?
D. doesn’t it

22. Jasman : Where are you going next holiday?
Darwis : ...yet, but I might go to Adelaide. It is a big city in South Australia.
A. I don’t doubt
B. I am ready
C. I’m not sure
D. I don’t believe

23.
Cinema Numbers of audience
May June July
Nusantara 8,706 9,576 7,343
Metropolitan 9,851 7,869 7,013
Plaza 7,686 8,067 78,76
Atrium 6,182 9,141 8,763

How many people have seen the fils at Atrium in three months?
A. 24, 086
B. 24,733
C. 25,625
D. 26,243

24.
Hotel Prices
(per person, per night)

Grand Hotel $ 110

Royal Hotel $ 95

Flinders Hotel $ 75

Europe Hotel $ 75


From the table above we know that..
A. Royal Hotel is the most expensive
B. Grand Hotel is as the cheapest
C. Europe Hotel is as expensive as Royal Hotel
D. Flinders Hotel is as cheap as Europe Hotel

25. A: ……. The lion is dangerous.
B: Thank you.
A. Don’t move!
B. Watch out!
C. Take care!
D. Look out!

26. Rina : Look! The baby zebra cannot find its food.
Anto : It doesn’t know the danger in its surrounding …….
Rina : I think so.

A. too
B. so
C. either
D. neither
27. Hafifi : What do you think of Ronaldo?
Habib : He is…..confident but also strong.
A. nor
B. both
C. rather
D. not only
28. Dian : I am sorry, I did come last night …..I went to the doctor
Yanti : That’s fine.
A. because
B. so
C. however
D. though
29. A : Can I borrow your …., please. I need to look up words I don’t know.
B : Sure, here you are.
A. book
B. dictionary
C. novel
D. magazine
30. Mr. Ahmad is a…….. He delivers letters every day.
A. dentist
B. teacher
C. postman
D. librarian
31. A : Can I help you?
B : Yes, would like to save my money
The above conversation likely takes place at..
A. school
B. bank
C. shop
D. restaurant
32. If a person is sick, he/she should see a….
A. nurse
B. midwive
C. dentist
D. doctor
33. The animal which has a very long neck is
A. elephant
B. giraffe
C. cow
D. buffalo
34. The following are categorized as wild animals, except..
A. lion
B. tiger
C. wolf
D. cat
35. A badminton player would need a …….
A. whisle
B. bet
C. racket
D. basket
36. A : Could you …….., please. It is very hot in this room.
B : Yes, sure.
A. turn on the television
B. close the door
C. open the windows
D. turn off the air conditioned

DAFTAR MAKANAN SEHARI--HARI

1.Nasi : Makanan ini sudah sesuai dengan susunan makanan bergizi seimbang karena nasi adalah makanan pokok. Didalam nasi terdapat karbohidrat sebagai bahan bakar yang akan menghasilkan panas dan tenaga.

2.Daging : Makanan ini sudah sesuai dengan susunan makanan bergizi seimbang karena daging tergolong lauk pauk. Daging merupakan sumber protein yang berfungsi untuk membangun sel-sel baru bagi pembangunan jaringan-jaringan sel baru.

3.Kacang Panjang : Makanan ini sudah sesuai dengan susunan makanan bergizi seimbang karena kacang panjang adalah jenis sayuran yang banyak mengandung berbagia macam vitamin yang berfungsi sebagai zat pengatur untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan mencegah timbulnya penyakit.

4.Pisang : Makanan ini sudah sesuai dengan susunan makanan bergizi seimbang karena pisang merupakan jenis buah-buahan yang mengandung banyak vitamin.

5.Susu : Susu merupakan pelengkap karena didalam susu terdapat zat gizi yang paling lengkap.

Karangan “ JIKA TUMBUHAN HIJAU TIDAK ADA”

By PUTRI R.

Aku harus bersyukur atas pemberian Tuhan akan pemandangan hijau yang aku lihat setiap hari mulai aku bangun tidur sampai malam menjelang. Semuanya menyejukkan hatiku dan terbesit dalam hatiku bahwa aku akan menjaga pembebrian Tuhan tersebut dengan terus merawat tanaman yang ada di sekitarku agar aku selalu bisa menikmati indahnya pemandangan yang nan hijau. Aku tidak bisa membayangkan kenyataan sebaliknya, jika tumbuhan hijau tidak ada.


Maka kegersangan adalah sesuatu yang pasti akan terjadi. Semuanya menjadi sangat panas karena tidak ada lagi yang melindungi halaman-halaman rumah kita dari cahaya langsung matahari. Di siang hari, debu-debu berterbangan yang akan membuat banyak manusia terjangkit penyakit seperti asma. Tanah menjadi gersang yang hanya dipenuhi pasir dan debu serta bebatuan. Manusiapun banyak yang akan kelaparan karena sudah tidak ada lagi sumber air untuk baik bercocok tanam maupun untuk minum. Sungguh keadaan yang akan sanagat mengerikan bila tumbuhan hijau tidak ada. Oleh sebab itu aku berjanji bahwa aku akan menjaga lingkunganku tetap hijau seperti halnya anak-anak di Australia yang pernah aku lihat yang sangat peduli menjaga lingkungannya.

ALAT-ALAT YANG MENGANDUNG MAGNET

By Putri R.





1.
Gunting jahit
Menarik jarum jatuh


2.
Pengunci kotak tas
Menutup tas dengan rapat


3.
Obeng
Menarik jarum jatuh


4.
Dynamo kipas angin
Memutar kipas angina


5.
Alarm pengaman mobil
Menyalakan rlarm mobil

BENDA-BENDA YANG MENGGUNAKAN PRISIP MIRING, KATROL, DAN RODA

Oleh Putri Rahmatillah (SDN 11 KOTA BIMA)

No Nama Alat Jenis Pesawat Keterangan

1. Kerekan tiang bendera: Katrol : Tergolong katrol tetap

2. Obeng : Bidang Miring : Tergolong prinsip baji

3. Kursi roda: Roda: Tergolong katrol tetap

4. Kerekan timba air sumur: Katrol : Tergolong katrol tetap
5. Pisau : Bidang Miring : Tergolong prinsip baji

6. Alas lemari es: Roda: Tergolong katrol tetap

7. kapak : Bidang Miring : Tergolong prinsip baji

KARANGAN TENTANG PERISTIWA ALAM

GEMPA BUMI

Oleh : Putri Rahmatilah

Suatu malam ketika aku tidur bersama adikku, aku dikagetkan dengan teriakan mamaku memanggil kami sembari berucap.” Cepat keluar….cepaat.. ada gempa….”. Aku terbangun ketakutan begitu juga adikku. Aku sangat ketakutan karena masih kurasakan rumahku tergoncang dengan dahsatnya. Aku dan adikkupun keluar dari kamar yang gelap gulita karena saat gempa terjadi listrik padam.

Kami semua keluar dari rumah dan berdiri di halaman depan rumah karena seluruh keluarga takut kalau rumah akan roboh. Pun begitu dengan semua orang. Tidak ada yang berani masuk rumah. Dalam keadaan gelap gulita semua tetanggaku berada diluar rumah mereka dan berkumpul semua sambil merasa ketakutan. Goncangan gempa yang sangat besar membuat semuanya ketakutan. Aku mendengar dari tetanggaku kalau satu kamar rumahnya yang ada di lantai dua ambruk. Tetanggaku yang satu rumahnya retak sangat parah sehingga mereka tidak berani lagi tinggal dirumahnya sebelum diperbaiki. Sementara rumahkupun retak, namun tidak begitu parah karena pondasi yang kuat dan campuran bahan bangunan yang baik. Namun beberapa genteng rumahku jatuh dan mengenai mobil yang diparkir samping rumah. Syukurlah, genteng yang jatuh tidak mengenai kaca mobil sehingga kaca mobil tidak pecah.


Beberapa hari kemudian terdengar berita kalau gempa bumi yang terjadi pada malam itu yaitu pada tanggal 9 November 2009 berpusat di kecamatan Ambalawi. Dan di kecamatan tersebut, banyak rumah dan sekolah yang roboh. Bahkan salah satu SMA yang ada dikecamatan tersebut tidak bisa lagi dipergunakan untuk proses belajar mengajar karena hamper seluruh ruangan disekolah tersebut sudah roboh. Sungguh peristiwa yang sangat menakutkan yang seharusnya bisa kita antisipasi dengan membangun rumah yang sangat kokoh dan kuat yang pengerjaannya harus baik agar tidak runtuh.

SOAL-SOAL CERDAS CERMAT BAHASA INGGRIS SMP... Oleh: Salahuddin

SOAL 1
Soal Penyisihan
1. How do you spell the following word: LIBRARY
2. How do you spell this word : SCHOOL
3. How do you spell this word : CLASSROOM
4. How do you spell the following word: FLOWER
Cadangan:
1. How do you spell the word : TEACHER
2. How do you spell the word : DILLIGENT
Soal Rebutan
1. What do you say if some helps you?
Jawaban: Thank you
Cadangan:
3. What do you say if you meet your friend in the morning?
Jawaban: Good morning
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
SOAL 2
Soal Penyisihan
1. What is the opposite of BAD?
Jawaban: Good
2. What is the opposite of FAR?
Jawaban: Near
3. What is the opposite of TAKE?
Jawaban: Give
4. What is the opposite of LAZY?
Jawaban: Dilligent
Cadangan
1. What is the opposite of STRONG?
WEAK
2. What is the opposite of OLD?
YOUNG
Soal Rebutan
1. Someone who flies an aeroplane is called…….
Jawaban: PILOT
Cadangan
1. Someone who usually helps a doctor is called……..
Jawaban: NURSE)


SOAL 3
Soal Penyisihan
1. Complete this sentence: I need to ……. I am so thirsty.
Jawaban: DRINK
2. Complete this sentence: Let’s go to ………. I need to borrow some books.
Jawaban: LIBRARY
3. Complete this sentence: If you are sick you should see a ……….
Jawaban: DOCTOR
4. Complete this sentence: May I borrow your ……… I need to look up words I don’t know.
Jawaban: LIBRARY
Cadangan
1. Complete this sentence: I need to go to …….. to save my money.
Jawaban: BANK

Soal Rebutan
1. Change the following sentence into present continuous tense : He waters the flowers
Jawaban: He is watering the flowers
Cadangan:
Change the following sentence into present continuous tense : I wash my clothes
Jawaban: I am washing my clothes

SOAL 4
Soal Penyisihan
1. What is the past form of the verb GO?
Jawaban: WENT
2. What is the past form of the verb DO?
Jawaban: DID
3. What is the past form of the verb COME?
Jawaban: CAME
4. What is the past form of the verb FIND?
Jawaban: FOUND
Cadangan
1. What is the past form of the verb TAKE?
Jawaban: TOOK
2. What is the past form of the verb WRITE?
Jawaban: WROTE
Soal Rebutan
1. Determine whether this sentence is true or false : MY MOTHER ARE COOKING
Jawaban: FALSE
Cadangan
1. Determine whether this sentence is true or false : I DOES NOT HAVE ANY MONEY
Jawaban: FALSE
-------------------------------------------------------------------
SOAL 5
Soal Penyisihan
1. What day comes after Tuesday?
Jawaban: WEDNESDAY
2. What day number comes after eleven?
Jawaban: TWELVE
3. What month comes after July?
Jawaban: AUGUST
4. What year comes after 2010?
Jawaban: 2011
Cadangan
1. What day comes after Saturday?
Jawaban: SUNDAY
2. What month comes after March?
Jawaban: APRIL

Soal Rebutan
1. Someone who flies an aeroplane is called…….
Jawaban: PILOT
Cadangan
1. Someone who delivers letters is called………
Jawaban: POSTMAN
----------------------------------------------------------
SOAL 6
Soal Penyisihan
1. Complete the following sentence with correct form of possessive pronouns.
I have a car. This is … … car.
Jawaban: MY
2. Complete the following sentence with correct form of possessive pronouns. You have two horses. They are … … horses.
Jawaban: YOUR
3. Complete the following sentence with correct form of possessive pronouns!
He has a basket. That is … … basket.
Jawaban: HIS
4. Complete the following sentence with correct form of possessive pronouns.
She has two baskets. Those are …… baskets.
Jawaban: HER
Cadangan:
1. Complete the following sentence with correct form of possessive pronouns.
We have five apples. These are … …apples.
Jawaban: OUR
2. Complete the following sentence with correct form of possessive pronouns.
They have boat. It is … … boat.
Jawaban: THEIR
Soal Rebutan
1. Change the following sentence into simple past tense
I do not have much money
Jawaban: I DID NOT HAVE MUCH MONEY
Cadangan
2. Change the following sentence into simple past tense.
I cannot open the door
Jawaban: I could not open the door
-------------------------------------------------------------------------------------
SOAL 7
Penyisihan
1. Complete the sentence with appropriate word!
You go to a …to check your teeth.
Jawaban: DENTIST
2. Complete the sentence with appropriate word!
….helps a doctor to examine a patient.
Jawaban: NURSE
3. Complete the sentence with appropriate word!
A…makes wooden tables and chairs.
Jawaban: CARPENTER
4. Complete the sentence with appropriate word!
A ………… makes a shirt for you.
Jawaban: TAILOR
Cadangan
1. Complete the sentence with appropriate word!
Your …………. gives you homework everyday
Jawaban: TEACHER
2. Complete the sentence with appropriate word!
Every restaurant has……………………
Jawaban: COOKS
Soal Rebutan
1. What is the sport played by eleven players of each team?
Jawaban: SOCCER/ FOOTBALL
Cadangan
2. What is the sport played by six players of each team?
Jawaban: VOLLEYBALL
--------------------------------------------------------------------
SOAL 8
Soal Penyisihan
1. What is the appropriate question for the following response!
My full name is Dede Yusuf
Jawaban: What is your full name?
2. What is the appropriate question for the following response!
I am 14 years old
Jawaban: How old are you?
3. What is the appropriate question for the following response!
I am 160 cms tall
Jawaban: How tall are you?
4. What is the appropriate question for the following response!
I live in Bima
Jawaban: Where do you live?
Cadangan
1. What is the appropriate question for the following response!
I have two brothers and one sister
Jawaban: How many brothers and sisters do you have?
2. What is the appropriate question for the following response!
My father is a musician
Jawaban: What is your father’s job

Soal Rebutan
1. How do you response to the following news;
My father got an accident yesterday
Jawaban: I am sorry to hear that
Cadangan
How do you response to the following news
I have just won Olympic game
Jawaban: Congratulation


SOAL 1
Soal Penyisihan
1. Where do students usually borrow books?
Jawaban: Library
2. Where do students buy foods or cakes in school?
Jawaban: Canteen
3. Where do students conduct experiment?
Jawaban: Laboratory
4. Where do people go if they want to send letter:
Jawaban: Post office
Cadangan:
1. Where do people go to catch bush?
Jawaban: Bus station
Soal Rebutan
1. Change this sentence into simple past tense
I go to bed and then sleep
Jawaban: I went to bed and then slept
Cadangan:
2. Change this sentence into simple past tense!
I do the homework with my friends
Jawaban: I did the homework with my friend


SOAL 2
Soal Penyisihan
1. What do people usually use to cover themselves from the rain?
Jawaban: Rain coat/ Umbrella
2. What do students wear to school?
Jawaban: School uniform/uniform
3. What does a goal keeper use in his hand when playing football?
Jawaban: Gloves
4. What do people use to cover their heads from the heat of the sun?
Jawaban: Hat
Cadangan:
1. What does a motorcycle wear to protect his head?
Jawaban: Helmet
Soal Rebutan
1. Change this sentence into present continuous tense!
I and Nana watch a movie
Jawaban: I and Nana are watching a movie
Cadangan:
1. Change this sentence into present continuous tense!
I and Nana do the homework
Jawaban: I and Nana are doing the homework

SOAL 3
Soal Penyisihan
1. What do people usually do when they are hungry?
Jawaban: eat
2. What do people do when they are sleepy?
Jawaban: Go to bed/ sleep
3. What do people do when they are thirsty?
Jawaban: Drink
4. What do people do in swimming pool?
Jawaban: swim
Cadangan:
1. What do people usually do in front of television?
Jawaban: Watch
Soal Rebutan
1. Change this sentence into simple past tense!
I have to go to Bali
Jawaban: I had to go to Bali
Cadangan:
1. Change this sentence into simple past tense!
I can do the homework
Jawaban: I could do the homework
SOAL 3
Soal Penyisihan
1. What do people usually do when they are hungry?
Jawaban: eat
2. What do people do when they are sleepy?
Jawaban: Go to bed/ sleep
3. What do people do when they are thirsty?
Jawaban: Drink
4. What do people do in swimming pool?
Jawaban: swim
Cadangan:
1. What do people usually do in front of television?
Jawaban: Watch
Soal Rebutan
1. Change this sentence into simple past tense!
I have to go to Bali
Jawaban: I had to go to Bali
Cadangan:
1. Change this sentence into simple past tense!
I can do the homework
Jawaban: I could do the homework

SOAL 4
Soal Penyisihan
1. Complete the following sentence!
Can you ………on the light please. It is dark in this room
Jawaban: Switch/ Put
2. Complete the following sentence!
I am so sorry for breaking your glass. Can you ………me please.
Jawaban: Forgive
3. Complete the following sentence!
You should see a ……….. if you are sick.
Jawaban: Doctor
4. Complete the following sentence!
Can you ………up please. It’s hard for me to hear your voice.
Jawaban: Speak
Cadangan:
2. 1. Complete the following sentence!
I thought the test would be difficult. As a matter of fact the test was so…..

Jawaban: Easy
Soal Rebutan
1. What is comparative sentence for the following data!
Ani is 15 years old, Dedi is 16 years old and Alfi is 13 years old.
Jawaban: Ani is older than Alfi/ Ani is younger than Dedi
Cadangan:
1. What is comparative sentence for the following data!
Ani is 150 cm tall, Dedi is 160 cm tall and Alfi is 130 cm tall.
Jawaban: Ani is taller than Alfi/ Ani is shorter than Dedi











SOAL FINAL

Soal Penyisihan
1. What is the antonym of STUPID?
Jawaban: Clever
2. What is the antonym of STRONG?
Jawaban: WEAK?
3. What is the antonym of BIG?
Jawaban: Small
4. What is the antonym of UGLY?
Jawaban: BEAUTYFULL/HANDSOME
Cadangan
1. What is the antonym of LAZY
Jawaban: Dilligent?
2. What is the antonym of CHEAP
Jawaban: Expensive

Soal Rebutan
1. Change the following sentence into future form
I study tonight
Jawaban: I will study tonight/ I am going to study tonight
Cadangan
2. Change the following sentence into future form
I watch television tonight
Jawaban: I will watch television tonight/
I am going to watch television tonight

=====MOGA BERMANFAAT========

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS :PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PENGUASAAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PHA DI KELAS VII.3

Berikut adalah contoh PTK Bahasa Inggris Oleh Salahuddin


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini mata pelajaran Bahasa Inggris Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) mendapat perhatian yang sangat serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal tersebut sangat beralasan dilihat dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah pengimplementasian kebijakan pemerintah melalui Departemen Pendidikan yang menetapkan Bahasa Inggris sebagai salah satu dari tiga mata pelajaran Ujian Nasional (UN) pusat dimana soal dan pemeriksaan hasil ujian siswa dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan.

Faktor kedua adalah.....(dst...)

Berdasarkan pendapat tersebut diatas penulis merancang sebuah media PHA (Papan Huruf Acak) yang diharapkan bisa meningkatkan minat belajar dan penguasaan kosa kata bahasa Inggris siswa. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitan tang berjudul ” Peningkatan minat belajar dan penguasaan kosa kata bahasa Inggris siswa melalui penggunaan media PHA di kelas VII.3 SMPN 2 Wera Kabupaten Bima pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011”.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan ma-salah pada penelitian ini adalah.

1.Apakah penggunaan media PHA dapat meningkatkan minat belajar kosa bahasa Inggris siswa kelas VII.3 SMPN 2 Wera Kabupaten Bima pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011?
2.Apakah penggunaan media PHA dapat meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa Inggris siswa kelas VII.3 SMPN 2 Wera Kabupaten Bima pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011?

C.Tujuan Penelitian
(dst)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A.Kajian Pustaka
1.Hakikat Minat Belajar
Secara bahasa minat berarti kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesu-atu; perhatian; keinginan (Poerwadarminta, 2006: 769).....dst...

3.Pembelajaran Kosa Kata Bahasa Inggris
Kosa kata merupakan unsur utama dalam sebuah bahasa, termasuk bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotskey (1986) seperti yang dikutip dalam Boehm dan Thomson (1997) bahwa kosa kata adalah komponen utama dalam berkomunikasi dalam sebuah bahasa. .....dst...

4.Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang, pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Soeharto, 2003)..... dst........

B.Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah” Minat belajar dan penguasaan kosa kata siswa kelas VII.3 SMPN 2 Wera Kabupaten Bima pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 akan meningkat jika pembelajaran menggunakan media Papan Huruf Acak (PHA)”

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif. Desain penelitian mengacu pada model Kemmis dan M.C Taggart yang terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. PTK dilaksanakan dalam dua siklus sebagaimana Gambar 3.1 berikut.














Gambar 3.1. Langkah-Langkah PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (Susilo dkk, 2008: 14)

.....dst.....

B.Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan
C.Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wera Kabupaten Bima semester I tahun 2010/2011. .....dst...
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.3 SMP Negeri 2 Wera Kabupaten Bima tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 38 orang yang terdiri dari 18 laki-laki dan 20 perempuan.

E.Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data minat siswa dan data penguasaan kosa kata siswa. Data minat siswa diperoleh dari pengamatan observer dalam kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II, sedangkan data penguasaan kosa kata siswa diperoleh dari hasil tes penguasaan kosa kata siswa pada siklus I dan siklus II. Dua instrument tersebut dilengkapi dengan catatan lapangan. Sumber data adalah semua siswa kelas VII.3 SMP Negeri 2 Wera Kabupaten Bima. Untuk lebih jelasnya data dan sumber data penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 3.1 berikut.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 yaitu:

1.Lembar obervasi
Lembar observasi siswa ini digunakan untuk menilai minat siswa ketika pembelajaran kosa kata bahasa Inggris dengan menggunakan media Papan Huruf Acak (PHA) sedang berlangsung. Jenis observasi adalah observasi terstruktur yang berarti bahwa variabel atau aspek minat belajar telah dirancang secara sistematis sehingga observer telah mengetahui dengan pasti aspek apa yang diamati (Sugiono, 2011). Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Observation Sheet oleh Mathew Peacock (1997). Lima aspek yang dinialai yaitu; Keterlibatan siswa dalam menyelesaikan tugas, Konsentrasi siswa, Keaktifan siswa, Ketertarikan siswa terhadap penggunaan media, dan Kesenangan siswa dalam proses pembelajaran. Setiap aspek dinilai berdasarkan skala interval mulai dari 1 (rendah) sampai 5 (tinggi). Total jumlah skor paling rendah adalah 5 dan paling tinggi adalah 25. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.2....dst.....

2.Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat segala bentuk kegiatan yang dilakukan siswa atau hal-hal lain yang terkait dengan penelitian yang belum terekam dalam lembar observasi misalnya mengenai nama siswa yang tidak masuk dan situasi ketika pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan dilakukan oleh observer dengan mengamati dan mencatat kejadian-kejadian penting dalam kegiatan pembelajaran.

3.Tes
Tes digunakan sebagai pendukung untuk melihat peningkatan minat belajar siswa dengan asumsi bahwa peningkatan penguasaan kosa kata berbanding lurus dengan peningkatan minat belajar siswa. Tes juga digunakan untuk menutup kekurangan pada lembar observasi yang dilakukan oleh observer, misalnya ada siswa ketika diamati secara fisik terlihat kurang berminat dalam belajar tetapi hasil evaluasinya tinggi dan cenderung meningkat, kasus seperti ini membuktikan bahwa sebenarnya siswa tersebut berminat dalam belajar tetapi cenderung terlihat pasif di kelas. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan guru. .....dst.....

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
a. Paparan Data
1. Tahap Pendahuluan
.....dst.....
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap minat belajar siswa diperoleh data minat belajar siswa pada siklus I seperti pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Data Minat Belajar Siswa Pada Siklus I

No Aspek Pertemuan I Pertemuan II Keterangan
Skor Skor
1 Keterlibatan siswa dalam menyelesaikan tugas 3 4
2 Konsentrasi siswa 3 4
3 Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran 4 4
4 Ketertarikan siswa terhadap media 3 4
5 Kesenangan siswa dalam proses pembelajaran 4 4
Jumlah skor 18 20
Persentase minat 68% 80%
......dst.....

b.Analisis Data
Dalam penelitian ini data pertama yang dianalisis adalah minat siswa untuk menjawab permasalahan pertama ”Apakah penggunaan media PHA dapat meningkatkan minat belajar kosa bahasa Inggris kata siswa kelas VII.3 SMPN 2 Wera Kabupaten Bima?
Berdasarkan data hasil pengamatan observer diketahui perubahan yang terjadi pada minat belajar kosa kata siswa seperti tersaji dalam tabel berikut
....dst.....

B.Pembahasan

Pada penelitian ini, tingkat minat siswa terhadap suatu proses pembelajaran dapat dinilai dari beberapa indikator antara lain (1) Keterlibatan siswa dalam menyelesaikan tugas, (2) konsentrasi siswa dalam pembelajaran, (3) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, (4) ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti pembelajaran (Peacock, 1997). Pengukuran minat juga didasarkan pada hasil belajar siswa dengan a¬sum¬¬¬¬si bahwa jika minat belajar siswa tinggi maka cenderung hasil belajar¬nya tinggi juga (Ahmadi. 1986: 42), tetapi dalam beberapa kasus ada siswa yang dalam kegiatan pembelajarannya terlihat kurang aktif atau kurang ber-minat tetapi hasil bela¬jarnya tinggi, sehingga kekurangan pada lembar penga¬matan minat yang dila¬kukan oleh observer ditutupi dengan hasil belajar sis¬wa.
Dari data observasi minat yang dilakukan oleh observer diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian yaitu > 76% sudah dicapai. Hal ini berdasarkan perolehan persentase minat siswa pada kedua siklus. Pada siklus I persentasenya adalah sebesar 80% dan pada siklus II sebesar 92%.
....dst...

BAB V
PENUTUP


A.Kesimpulan
Berdasarkan temuan data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka da-pat disimpulkan bahwa:
1.Penggunaan media Papan Huruf Acak (PHA) dapat meningkatkan minat belajar kosa kata siswa kelas VII.3 SMPN 2 Wera Kabupaten Bima pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011....dst....

B.Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media Papan Huruf Acak (PHA) dalam pembelajaran kosa kata, maka dianjurkan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut....dst...

DAFTAR RUJUKAN

Aqib, Zainal, (2003). Profesional Guru Dalam Pembelajaran.Surabaya: Insan Cendekia

Boehm, R. B., Thompson, R. A. (Dec 1996/Jan 1997). Intriguing students with magic squares to enhance their Aussie/American vocabulary. Journal of Adolescent & Adult Literacy, 40, 4, 298.

Cameron, L. (2002). Measuring vocabulary size in English as an additional language. Language Teaching Research, 6,2, 145–173.

Depdiknas. (2003) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama.

Depdiknas, (2004). Media Pembelajaran. Jakarta.

Depdiknas. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi – Bahasa Inggris 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pertama

Drucker, M. J. (Sep 2003). What reading teachers should know about ESL learners. The Reading Teacher, 57, 1, 22.

Hamalik, O., (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemp, J. E. & Dayton (1985). Planning and introducing instructional media (5th ed.). New York: Harper & Row Publisher, Inc.

Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.Bandung: Rosdakarya.

Otten, A. S. (Jul 2003). Defining moment: Teaching vocabulary to unmotivated students. English Journal, 92, 6, 75.

Peacock, M., (April 1997). The effect of authentic materials on the motivation of learners. ELT Journal, 15, 2, 77

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rodgers, D., Withrow-Thorton, B. J. (2005). The effect of instructional media on learners’ motivation. International Journal of Instructional Media, 32, 4, 333

Slameto, (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprayekti, (2004). Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Derektorat Tenaga Kependidikan Depsiknas.

Soeharto, Karti . (2003). Teknologi Pembelajaran- Pendekatan Sistem, Konsepsidan modul, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media. Surabaya : Sic.

Tran, A. (Fall 2006). An approach to basic vocabulary development for English language learners. Reading Improvement, 43, 3, 157.

Usman, M., U., (2000). Menjadi Guru Profesional.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Usman & Setiawati. (1993). Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Bandung: Rosdakarya

Senin, 27 Februari 2012

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

I. DEFENISI SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya.Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.



Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:

Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
Menurut Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.

Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

DAFTAR PUSTAKA

H. Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

(Sumber: http://muhammadaiz.wordpress.com/materi-sosiologi-pendidikan/)


Tambahan tentang definisi

E. George Payne, memberi kosepsi atau Pengertian Sosiologi Pendidikan bahwa “By educational sosiologi we mean the science which describes and explains the institutions, social groups, and social processes, that is the social relationship in which or trought ehich indivudual gains and organizes experience”. Payne menekankan bahwa di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapat apa yang dinamakan social relationship, hubungan-hubungan sosial ataupun interaksi sosial.

Charlies A. Ellwood menjelaskan bahwa Sosiologi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.

Hal senada juga dikemukakan oleh E.B Reuter , yang mengatakan bahwa Sosiologi Pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu.

Sedangkan Dr. Elwood, memberikan Pengertian Sosiologi Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lainnya,

(http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/11/pengertian-sosiologi-pendidikan.html)


II. Ciri, Tujuan dan Sejarah Sosiologi Pendidikan


Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Sosiologi berasal dari kata “socius” yang berarti kawan atau teman dan “logis” yang berarti ilmu. Secara harfiah sosiologi dapat dimaknai sebagai ilmu tentang perkawanan atau pertemanan. Istilah sosiologi diperkenalkan pertama kali oleh August Comte (1798-1857) pada abad ke-19. istilah ini dipublikasikan melalui tulisannya yang berjudul “Cours de Philosophie Positive”.

Sosiologi, oleh Comte dikatakan sebagai ilmu tentang masyarakat secara ilmiah (Faisal, tanpa tahun). Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang lahir pada saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan. Pitirim Sorokim (dalam Soekamto, 1999) menjelaskan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai: pertama, hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, pendidikan dengan ekonomi, agama dengan pendidikan, pendidikan dan politik. Kedua, hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial, misalnya gejala biologis, geografis, iklim dan sebagainya. Ketiga, ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

Sosiologi dapat digolongkan pada salah satu bentuk ilmu pengetahuan (sosial) atau social science. Oleh karena itu, Sosiologi juga mempunyai beberapa unsur pokok yaitu :

Pengetahuan (knowledge)
Tersusun secara sistematis
Menggunakan pemikiran
Dapat dikontrol atau dikritisi oleh orang lain

Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai suatu bentuk ilmu pengetahuan antara lain :

Sosiologi bersifat empiris
Sosiologi bersifat teoritis
Sosiologi bersifat kumulatif
Sosiologi bersifat nonetis

Namun ada karakteristik yang membedakan sosiologi dengan disiplin sosial yang lain, yaitu (Soekamto, 1999)

Sosiologi termasuk kelompok ilmu sosial, yaitu kelompok ilmu yang mempelajari peristiwa atau gejala-gejala sosial
Sosiologi bersifat kategoris yaitu tidak normatif, membicarakan obyeknya secara apa aqdanya (des sein) dan bukan bagaimana seharusnya (das sollen)
Sosiologi bersifat generalis, yaitu Sosiologi meneliti atau mencari prinsip atau hukum-hukum umum interaksi manusia
Sosiologi bersifat abstrak yaitu wujud kesatuannya yang bersifat umum atau terpisah-pisah
Sosiologi merupakan ilmu yang umum, yaitu mempelajari umum yang ada pada setiap interaksi umum. Yaitu mempelajari gejala-gejala yang khusus
Sosiologi termasuk ilmu murni yaitu tujuan penelitian Sosiologi semata-mata demi perkembangan ilmu itu sendiri bukan untuk kepentingan kehidupan praktis

Aplikasi Sosiologi yaitu Sosiologi pendidikan. Sosiologi merupakan sebuah disiplin yang dihasilkan dari “persilangan” antara ilmu pendidikan dengan Sosiologi. Sosiologi pendidikan merupakan salah satu cara Sosiologi memfokuskan kajiannya pada masalah pendidikan, baik secara umum maupun khusus.
Ada beberapa pengertian mengenai Sosiologi Pendidikan, diantaranya (Gunawan, 2000)

Menurut Dictionary of Sociolo, Sosiologi Pendidikan merupakan Sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental
Menurut Nasution, Sosiologi pendidikan merupakan ilmu untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik
Menurut FG Robbins, Sosiologi pendidikan merupakan Sosiologi khusus yang bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan
Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan merupakan studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi Sosiologi yang diterapkan.

Sejarah Perkembangan Sosiologi Pendidikan

Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya , kenyataan sosial menunjukkan suatu perubahan yang terjadi begitu cepat dalam masyarakat. Perubahan sosial yang cepat tersebut terjadi di abad ke-19, sebagai akibat revolusi industri di Inggris. Akibat perubahan tersebut menurut Mc Kee (dalam Faisal, tanpa tahun) menyebabkan terjadinya apa yang dinamakian keterkejutan intelektual kelompok cerdik pandai yang salah satu diantaranya adalah para sosiolog.

Lester F. Ward dapat dikatakan sebagai pencetus gagasan timbulnya studi baru tentang Sosiologi Pendidikan. Gagasan tersebut muncul dengan idenya tentang evolusi sosial yang realistik dan memimpin perencanaan kehidupan pemerintahan (Vembriarto, 1993). John Dewey (1859-1952) secara formal dikenal sebagai tokoh pertama yang melihat hubungan antara pendidikan struktur masyarakat dari bentuk semulangan yang masih bersahaja. Secara formal, pada tahun 1910 Henry Suzzalo memberi kuliah Sosiologi Pendidikan di Teachers College University Columbia (Vembriarto, 1993). Pada tahun 1913, Emlie Durkheim telah memandang pendidikan sebagai suatu “social thing” (Ikhtiar sosial). Payne (1928) menjelaskan bahwa Sosiologi Pendidikan merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang menjadi alat (mean) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan institusi, kelompok sosial, dan proses sosial yang merupakan hubungan sosial di dalamnya individu memperoleh pengalaman yang terorganisasi.

Sosiologi Pendidikan di dalam menjalankan fungsinya untuk menelaah berbagai macam hubungan antara pendidikan dengan masyarakat, harus memperhatikan sejumlah konsep-konsep umum. Sosiologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang masih muda dan belum banyak berkembang. Atas dasar tersebut dikalangan para ahli Sosiologi Pendidikan timbul beberapa kecendrungan yang berbeda yaitu :

Golongan yang terlalu menitikberatkan pandangan pendidikan daripada sosiologinya
Golongan Applied Educational (Sociology) terutama terdiri atas ahli-ahli sosiologi yang memberikan dasar pengertian sosial kultural untuk pendidikan
Golongan yang terutama menitikberatkan pandangan teoritik

Tujuan Sosiologi Pendidikan

Sosiologi Pendidikan dalam perkembangannya mempunyai beberapa tujuan praktis, diantaranya adalah :
Memberikan analisis terhadap pendidikan sebagai alat kemajuan sosial.
Merumuskan tujuan pendidikan
Sebagai sebuah bentuk aplikasi Sosiologi terhadap pendidikan
Menjelaskan proses pendidikan sebagai proses sosialisasi
Memberikan pengajaran Sosiologi bagi tenaga-tenaga kependidikan dan penelitian pendidikan
Menjelaskan peranan pendidikan di masyarakat
Menjelaskan pola interaksi di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat

(Sumber : http://unsilster.com/2011/05/ciri-tujuan-dan-sejarah-sosiologi-pendidikan/)



III. KONTRIBUSI SOSIOLOGI TERHADAP PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan masyarakat meliputi berbagai kehidupan sosial. Diantaranya adalah kehidupan sosial keluarga, masyarakat sekitar, pendidikan, bisnis, politik dan lain sebagainya. Setiap kehidupan sosial tersebut juga saling berhubungan dan saling memberikan kontribusi satu sama lain.
Ilmu sosiologi sebagai ilmu yang membahas tentang kehidupan sosial manusia juga membahas bagaimana peranan atau kontribusi salah satu kehidupan sosial masyarakat terhadap sisi sosial yang lain. Dalam kajian pendidikan pembahasan tentang kontribusi sosiologi terhadap pendidikan menyajikan semacam-ancar-ancar bagi para praktisi pendidikan, yaitu mengenai beberapa kontribusi spesifik dari analisis sosiologi terhadap pendidikan. Pembahsannya terbatas pada suatu perangkat subtantif kontribusi sosiologi yang daripadanya para praktisi (seperti guru, penilik, kepala sekolah, atau pengawas) bisa mengambil manfaatnya secara lebih realistis dan efektif di dalam lingkungan pekerjaannya masing-masing.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kontribusi sosiologi terhadap sistem sekolah sebagai suatu organisasi?
2. Bagaimana kontribusi sosiologi terhadap kegiatan kelas sebagai suatu sistem sosial?
3. Bagaimana kontribusi sosiologi terhadap lingkungan eksternal sekolah?

C. Tujuan
1. Mengetahui kontribusi sosiologi terhadap sistem sekolah sebagai suatu organisasi
2. Mengetahui kontribusi sosiologi terhadap kegiatan kelas sebagai suatu sistem sosial
3. Mengetahui kontribusi sosiologi terhadap lingkungan eksternal sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kontribusi Sosiologi Terhadap Sistem Sekolah Sebagai Suatu Organisasi
Seiring dengan bergulirnya roda sejarah kehidupan, maka prestasi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh manusia menjadi sedemikian kompleks, sehingga pada fase inilah konsep pengetahuan dan kemampuan–kemampuan gemilangnya telah menjadi penentu arah kehidupan di masa yang akan datang. Beberapa faktor telah melatarbelakangi terbentuknya lembaga-lembaga tertentu untuk mengelola alokasi pemenuhan kebutuhan di antaranya, (1) pertumbuhan jumlah populasi manusia yang mempengaruhi tingkat penguasaan dan ketersediaan sumber daya alam, (2) kompleksnya pranata kebudayaan dan mekanisme pengetahuan beserta teknologi terapan, dan (3) implikasi tingkat akal budi dan mentalitas manusia yang kian rasional .
Secara singkat, terbentuknya lembaga pendidikan merupakan konsekuensi logis dari taraf perkembangan masyarakat yang sudah kompleks. Sehingga untuk mengorganisasikan perangkat-perangkat pengetahuan dan keterampilan tidak memungkinkan ditangani secara langsung oleh masing-masing keluarga. Perlunya pihak lain yang secara khusus mengurusi organisasi dan apresiasi pengetahuan serta mengupayakan untuk ditransformasikan kepada para generasi muda agar terjamin kelestariaannya merupakan cetak biru kekuatan yang melatarbelakangi berdirinya sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Walaupun wujudnya berbeda-beda dalam tiap-tiap negara, keberadaan sekolah merupakan salah satu indikasi terwujudnya masyarakat modern. Dalam hal ini para sosiolog telah melakukan ikhtiar ilmiah untuk menentukan taraf evolusi perkembangan masyarakat manusia. Dimulai dari Auguste Comte (1798-1857) dengan karyanya yang berjudul “Course de philosophie Positive” (1844). Beliau menekankan hukum perkembangan masyarakat yang terdiri dari tiga jenjang, yaitu jenjang teologi dimana manusia mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada hal yang bersifat adikodrati. Taraf perkembangan selanjutnya disusul pencapaian manifestasi kemampuan manusia untuk menangkap fenomena lingkungan dengan menyandarkan pada kekuatan-kekuatan metafisik atau abstrak. Hingga pada level tertinggi, taraf positif. Iklim kehidupan demikian ditandai dengan prestasi kemampuan manusia untuk menjelaskan gejala alam maupun sosial berdasar pada deskripsi ilmiah melalui pemahaman kekuasaan hukum objektif (Sunarto, 2000: 3). Dari pengertian tersebut perwujudan manusia positivis hanya mampu ditopang oleh orientasi pendidikan yang sudah terlembaga secara mantap melalui aplikasi fungsi sekolah-sekolah modern.
Di lain pihak, tak kalah pentingnya buah pikiran Emile Durkheim (1858-1912) berupa buku yang berjudul The Division of Labour in Society (1968) juga menganalisis kecenderungan masyarakat maju yang di dalamnya terdapat pembagian kerja dalam pemetaan bidang-bidang ekonomi, hukum, politik, pendidikan, kesenian dan bahkan keluarga. Gejala tersebut merupakan dampak dari penerapan sistem ekonomi industri yang di dalamnya memerlukan memerlukan spesialisasi peran untuk mengusung keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup para anggotanya (Johson, 1986: 181-184). Sekali lagi ilustrasi di atas hanya dapat tercermin pada konteks organisasi lembaga pendidikan yang telah mampu memproduk manusia profesional dengan spesifikasi keahlian. Sedangkan untuk mewujudkan figur-figur manusia itu hanya mampu dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan modern.
Dari kedua pernyataan ilmiah para tokoh sosiologi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan sekolah yang mewarnai dunia kehidupan manusia saat ini merupakan sebuah keniscayaan peradaban modern yang lekat dengan renik-renik pergulatan ilmu pengetahuan dan aplikasi teknologi mutakhir. Sementara melihat konteks sosial yang terbentuk dapat dijawab pula sekolah juga masuk dalam kategori-kategori organisasi pada umumnya yang mengemban konsekuensi-konsekuensi organisatoris.
Oleh karena itu keberadaan sekolah patut dimasukkan sebagai salah satu organisasi yang memanfaatkan mekanisme birokratis dalam mengelola kerja-kerja institusinya. Beberapa prinsip penerapan birokrasi juga terdapat dalam lembaga sekolah antara lain:
a. Aturan dan prosedur yang ketat melalui birokrasi,
b. Memiliki hierarki jabatan dengan struktur pimpinan yang mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda-beda,
c. Pelaksanaan adminstrasi secara professional,
d. Mekanisme perekrutan staf dan pembinaan secara bertanggung jawab,
e. Struktur karier yang dapat diidentifikasikan, dan
f. Pengembangan hubungan yang bersifa formal dan impersonal. (Robinson, 1981: 241).
Masih dalam lingkup sekolah sebagai organisasi formal, beberapa ahli telah menyajikan pranata-pranata manajemen yang berbeda-beda dalam menerapkan fungsi manajemen di sekolah (Robinson, 1981). Di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Manajemen Ilmiah
Pokok-pokok dari manajemen ilmiah antara lain:
• Menggunakan alat ukur dan perbandingan yang jelas dan tepat,
• Menganalisis dan membandingkan proses-proses yang telah dicapai, dan
• Menerima hipotesis terkuat yang lulus dari verifikasi serta menggunakannya sebagai kriteria tunggal
Implikasinya jelas, penerapan kriteria tunggal bagi sekolah demi mencapai maksimalisasi hasil-hasil belajar secara efisien dan efektif. Tampak jelas jenis manajemen ini berkarakter mekanistis, ketat, mengutamakan hasil kuantitatif, serta cenderung mengesampingkan unsur-unsur manusiawi di dalam prosesnya .

b. Sistem Sosio-teknis
Sebagai sistem sosio-teknis, sekolah mencakup banyak hal yang menjadi input organisasi, namun stafnya akan “mengetahui” sifat input-inputnya. Dengan begitu sekolah dapat menentukan instrumen-instrumen pengolahan demi menjamin hasil yang optimal. Sampai disini definisi sosio-teknis memberikan titik tekan pada pengamatan dan pengelompokan jenis-jenis masukan dalam sekolah lalu ditindaklanjuti dengan cara-cara yang relevan dengan “bahan mentah” tersebut. Manajemen sosio-teknis masih menggunakan prinsip manajemen formal, sehingga beberapa unsur yang melekat pada prinsip manajemen ilmiah juga dimiliki oleh sistem sosio-teknis .

c. Pendekatan Sistemik
Model pengelolaan yang paling banyak digunakan adalah bentuk teori sistem. Ciri khas pendekatan ini adalah pengakuan adanya bagian-bagian suatu sistem yang terkait erat pada keseluruhan. Hubungan timbal balik itu mengisyaratkan detail bagian yang cukup kompleks dan proses interaksi secara keseluruhan dalam sebuah organisasi. Implikasi lain, batas-batas antar bagian harus diketahui dengan tegas dalam mengidentifikasi komponen-komponen lembaga sekolah.
Secara internal model teori sistem, mengadopsi penanganan lembaga formal pada umumnya untuk menggerakkan roda organisasi. Akan tetapi pendekatan ini juga memperhatikan sistem sosial yang bekerja di luar sekolah. Tiap sekolah berusaha pula menampung tuntutan-tuntutan dari para orang tua siswa, industri setempat, pendapat profesional dan kebijaksanaan pendidikan .

d. Pendekatan Individual
Baik pendekatan manajemen maupun pendekatan sistem cenderung “membendakan” organisasi. Organisasi dipandang seakan-akan seperti makhluk besar yang mengatasi dan mengecilkan peran anggota-anggotanya (terutama para murid). Sebagai antitesisnya, maka pendekatan individual mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan dalam organisasi. Akan tetapi pada perkembangannya pendekatan individual memiliki dua keompok pandangan yakni :
1) Teori Pasif
Pandangan yang menekankan pengamatan input pendidikan secara kolektif. Dimana sudut terpenting yang harus diperhatikan oleh sekolah adalah proses kematangan pribadi para siswa yang harus difasilitasi, diakomodasi kebutuhannya dan dibimbing menuju kedewasaan. Oleh karena itu, proporsi organisasi sekolah yang cenderung mekanistis harus dipola menjadi fleksibel agar para anggotanya bisa berekspresi dengan optimal (Robinson, 1981: 252).
2) Teori Aktif
Konstruksi pendekatan yang mengutamakan kemampuan aktif para siswa untuk menginterpretasikan makna-makna normatif dan tindakan-tindakan yang diharapkan berdasarkan iklim kesadaran mereka. Menurut Silverman (1970) proses sosialisasi di sekolah bukanlah imperatif-imperatif moral yang memaksa akan tetapi justru sekolah menjadi “pembantu” para siswa dalam mendokumentasi dan memantapkan makna-makna kehidupan yang didapat oleh mereka sendiri. Pendekatan ini sangat kental dengan pengaruh aliran fenomenologis dalam sosiologi. Oleh karena itu teori aktif bermaksud menekankan makna-makna tafsiran budaya yang didapat oleh individu-individu di dalam mempersepsikan fungsi sekolah bagi mereka (Robinson, 1981: 254).
Dari sini analisis yang bisa disajikan untuk mengamati keberadaan sekolah sebagai lembaga formal dalam aktivitas pendidikannya terbagi menjadi dua lahan persoalan yakni:
a. Penafisiran multi-konsep tentang tujuan organisasi beserta alokasi peran yang sinergis
Sudah menjadi konsekuensi bagi setiap organisasi untuk menetapkan tujuan lembaga. Berbeda dengan organisasi pada umumnya, sekolah memiliki ciri khas yang agak unik, khususnya dari objek yang menjadi tujuannya. Dengan menetapkan posisi peran kelembagaan yang bertugas untuk membekali peserta didik seperangkat pengetahuan dan keterampilan maka sekolah telah mengumandangkan jenis tujuan yang bersifat abstrak. Hal ini tentu saja berbeda dengan lembaga lain yang jelas-jelas memiliki objek tujuan konkrit. Contohnya lembaga perusahaan, tentunya bagi siapa saja akan jelas memahami arti “mencari keuntungan maksimal” bagi perusahaan. Baik itu manajer pemasaran, direktur pabrik, buruh angkutan, sopir, sampai tenaga administrasi akan jelas mengartikan definisi tujuan tersebut. Sementara sekolah memiliki tujuan yang bersifat multi-penafsiran dan agak kabur.
Selain itu, dimensi abstrak yang menjadi titik tolak penafsiran para praktisi sekolah dapat memunculkan hambatan besar untuk menyatukan pemahaman makna tujuan pendidikan antar posisi. Berdasarkan struktur organisasi yang terbentuk, guru bertugas sebagai pelaksana pengajaran kepada siswa, supervisor berfungsi membina para guru dan tugas formal administratur sekolah ialah untuk mengkoordinasikan dan memadukan berbagai ragam aktivitas dalam lingkungan sekolah. Masing-masing pemegang posisi mempunyai hak dan kewajiban tertentu dalam hubungan dengan posisi lain. Sudah tentu kompleksitas peranan menimbulkan nilai sosial yang berbeda-beda dan apabila ditarik dalam suatu prospek tujuan maka akan melibatkan bermacam-macam penafsiran.
Dipandang dari sudut tujuannya ternyata lembaga sekolah harus melakukan bermacam-macam proses penyatuan pandangan baik dari wilayah internal maupun asumsi-asumsi publik di lingkup eksternal. Telaah sosiologis telah memberikan sumbangan konseptual untuk membedah objek tujuan sekolah dalam pola pola hubungannya dengan pihak internal maupun luar lembaga sekolah.
b. Kompleks permasalahan di sekitar orientasi lintas posisi dalam koridor efisiensi dan efektivitas
Kompleks pertentangan tersebut merupakan derivasi dari perangkat-perangkat manusia yang memiliki peran-peran spesifik di lembaga sekolah. Banyak buku teks yang mengemukakan tentang peranan guru dan adminsitratur pendidikan seolah-olah harmonis dan serba sinergis. Padahal kenyataan membuktikan, salah satu faktor yang memberatkan kerja organisasi adalah gejala kesalahpahaman untuk memahami kawan sekerja berkenaan dengan hak dan kewajiban yang berbeda sesuai dengan status pekerjaannya.
Kecenderungan yang terjadi, hampir semua tanggung jawab dan tugas sekolah yang berhubungan dengan siswa selalu dilimpahkan kepada seorang guru. Sedangkan pemberitaan fungsi-fungsi peran yang berbeda baik dari aspek bimbingan konseling, pelayanan birokrasi dan keuangan, serta peran penegak ketertiban dan kedisplinan tidak pernah tersiar secara utuh kepada para siswa.
Tentu saja dalam hal ini sumbangsih teori sosiologi cukup strategis guna memberikan gambaran komprehensif tentang gurita konflik yang terbentuk di lingkungan sekolah dalam kaitan pertentangan antar peran. Dengan begitu, para praktisi pendidikan diharapkan memiliki bahan mentah yang lengkap mengenai pola-pola sosial yang tersusun di dunia pendidikan formal beserta varian-varian permasalahannya .
Sekolah sebagai suatu sistem, juga dipandang sebagai sebuah organisasi yang berskala luas. Sebagai suatu organisasi, sekolah mempunyai tujuan organisasi. Tujuan itu yang menjadi arah dan mengarahkan sistem sosial bersangkutan. Dalam organisasi sekolah terdapat suatu arus jaringan kerja dari sejumlah posisi yang saling berkaitan (guru, supervisor dan administrator) di dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan model organisasi bisa dikatakan bahwa tugas sekolah adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada anak didik. Dalam hubungan ini supervisor berfungsi membina para guru supaya bisa bertugas secara lebih efektif dan tugas formal para administrator sekolah ialah untuk mengkoordinasikan dan memadukan berbagai ragam aktivitas dalam lingkungan sistem sekolah. Para pemegang posisi mempunyai hak dan kewajiban tertentu dalam hubungannya dengan pemegang posisi lain di dalam sistem interaksi mereka.
Di antara para guru berbeda-beda pandangan mengenai tujuan sekolah. Begitu juga dengan para praktisi lembaga sekolah lainnya juga tidak mempunyai kesamaan dalam pandangan tuuan pendidikan. Bukti penelitian menunjukkan salah satu sumber utama yang melahirkan konflik dikalangan masyarakat praktisi mengenai tujuan dan program sekolah. Dan mereka tidak sadar akan kontroversi pertentangan mengenai tujuan sekolah. Dan perbedaan itu sering tidak muncul ke permukaan untuk dibahas secara terbuka. Sehingga hal ini menyebabkan adanya penghalang utama untuk keefektifan tindakan kelompok dan harmonisnya hubungan sosial.
Kesamaan pendapat mengenai batasan peranan para pemegang posisi pendidikan juga meragukan. Mereka yang bekerja bersama-sama dalam dunia pendidikan, seringkali tak memiliki pandangan atau pendapat yang sama mengenai hak dan kewajiban yang terkait dengan posisinya masing-masing.
Di dalam sekolah juga terdapat konflik intern, yaitu masalah harapan dari pihak lainnya kepada pihak lainnya antar pemegang posisi. Satu sama lain saling memberikan harapan. Harapan ini terkait tugas-tugas yang harus dijalankan oleh setiap pemegang posisi. Begitu juga orang tua wali menginginkan pengaturan masalah kediplinan sekolah, besar uang sekolah, penerimaan murid baru, kelulusan dan lain sebagainya.
Memandang sekolah sebagai suatu organisasi formal, dari kacamata sosiologis menisyaratkan adanya rintangan organisasi yang besar untuk berfungsi secara efektif. Kesimpulan pembahasan ini, ada dua penyebab masalah dalam sekolah. Yaitu kurangnya kata persetujuan mengenai tujuan organisasi sekolah itu sendiri dan kurangnya kesepakatan tentang batasan peranan dari masing-masing pemegang posisi pendidikan .

2. Kontribusi Sosiologi Terhadap Kegiatan Kelas Sebagai Suatu Sistem Sosial
Suatu analisis tentang struktur kompetisi beserta pengaruhnya terhadap prestasi belajar di sekolah menengah, secara nyata mempunyai implikasi untuk mengisolasikan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi hasil belajar suatu kelas. Gordon dan Bpookover ahli dari Amerika menyarankan pentingnya tinjauan sosiologis di dalam mengkaji struktur dan fungsi ruangan kelas sebagai suatu sistem sosial.
Dewasa ini penelaahan sosiologis dan sosio-psikologis mengenai ruangan kelas sebagai suatu sistem, sudah tak diragukan lagi nilai guna dan kontribusinya. Kontribusi empiris utama dari para sosiolog selama ini, yaitu di dalam menelaah struktur sosiometrik di kelas, dan memilihkan sumber-sumber tekanan dan ketegangan yang dihadapi guru-guru di kelas. Telaah sosiometrik mengungkapkan bahwa ruangan kelas, di dalamnya terdapat anak-anak “idiola” dan “penyendiri”, mengenai para guru, hasil penelitian menunjukkan, bahwa kerapkali para guru tidak mengetahui hubungan-hubungan antar pribadi di kalangan murid-muridnya di kelas. Mereka tidak menunjukkan kepekaan yang tinggi mengenai bagaimana sesungguhnya para muridnya mereaksi satu sama lain, mereka sering kali membiarkan bias pribadinya dalam menghadapi para siswanya ketimbang menggunakan asesmen yang tepat melalui sosiometri.
Hal lain yang menyebabkan ketegangan kejiwaan para guru pengajar di kelas salah satunya karena benturan antara struktur otoritas sekolah dengan status profesional guru-guru itu sendiri. Kepala sekolah sebagai pemegang otoritas di sekolah sudah tentu perlu mengawasi, mengkoordinasikan, dan memadukan semua kegiatan yang berlangsung di sekolah, termasuk juga terhadap sajian pelajaran yang diberikan guru (sesuai dengan kurikulum dan batasan bahan untuk satu semester/tahun). Untuk itu para guru harus bekerja dengan bertanggung jawab (sebagai hamba kurikulum) dan jika tidak maka kepala sekolah bisa menindak guru dengan memberikan sanksi. Hal seperti ini sebenarnya bertentangan dengan tugas seorang guru sebagai tenaga profesional yang memiliki otonomi untuk mengembangakan aktivitasnya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Otoritas kepala sekolah menimbulkan kekecewaan bagi guru dan bisa mengacaukan pengajaran di kelas. Sehingga menimbulkan adanya jarak sosial antara guru dan kepala sekolah.
Penyebab ketegangan lainnya tumbuh dari perbedaan norma antara yang dianut guru dengan norma yang dianut siswa dalam hubungannya dengan perilaku siswa. Para guru mengharapkan para murid berprestasi sebaik mungkin sesuai potensinya. Sementara itu para siswa tak seberapa konsentrasi dengan harapan gurunya. Mereka lebih berorientasi pada struktur informal dan nilai-nilai dikalangan mereka sendiri. Mereka memiliki sifat asli yang dibawanya dari lingkungannya sendiri. Hal ini mempunyai pengaruh besar terhadap penampilan mereka di sekolah. Jika tiak ada kesesuaian dengan nilai-nilai yang diharapkan guru, maka guru akan bisa tersiksa di dalam proses transaksi pengajarannya dengan para siswa.
Kontribusi lainnya adalah mengenai perilaku siswa yang suka menyendiri. Kekuatan kelompok teman sekelasnya mempunyai pengaruh besar terhadap anak-anak yang terisolasi. Hambatan utama untuk menyembuhkan anak penyendiri bukan terletak pada diri anak itu sendiri, tetapi terletak pada konteks kelas itu sendiri. Selama ini para guru dan bimbingan konseling berasumsi bahwa bimbingan individual adalah satu-satunya cara penyembuhan. Kita harus menyadarkan para guru dan pembimbing bahwa melalui perubahan iklim kelompok/kelas juga suatu alternatif lain yang tak kalah pentingnya dibanding cara individual. Untuk itu dituntut untuk mengeksplorasi bagaimana adanya kehidupan kelas sebagai suatu sistem sosial.
Analisis sosiologi juga mengungkapkan ada hubungan yang erat antara tingkah laku dan sikap seseorang dengan latar belakang kelompok atau aspirasi yang digandrunginya. Anak-anak sekolah pada umumnya cenderung untuk membentuk sebuah kelompok atau “GANK”. Kelompok-kelompok tersebut merupakan tempat berlabuh yang harus diperhitungkan dalam upaya pembinaan tingkah laku siswa. Konsekuensi pentingnya adalah agar pengajar bisa efektif dalam mendidik siswanya maka perlu adanya usaha membendung kekuatan-kekuatan kelompok yang bisa mengacaukan arah pembinaan anak didiknya, dan berupaya mengubah nilai-nilai atau norma-norma kurang sehat di kalangan klik-klik siswa itu sendiri .

3. Kontribusi Sosiologi Terhadap Lingkungan Eksternal Sekolah
Sekolah sebagai suatu sistem tidak berdiri ssendiri dalam dunia hampa. Ia berada dan berfungsi, sebagiannya bergantung pada lingkungan eksternalnya. Sudut pandang sosiologis seperti itu mempunyai banyak implikasi dalam analisis sistem persekolahan.
Implikasi pertama ialah, dengan adanya perubahan-perubahan demografis di dalam sistem sosial yang lebih besar (masyarakat), secara materiil akan mempengaruhi komposisi kesiswaan pada suatu sistem sekolah dan hal itu menyebabkan sering kali ada modifikasi kurikulum. Jumlah urbanisasi yang besar menuntut mereka membutuhkan persekolahan. Fenomena di satu pihak menyebabkan sekolah-sekolah di desa kekurangan murid dan sebaliknya sekolah di kota tidak muat menampung banyaknya siswa yang mau masuk sekolah. Hal tersebut mengungkapkan betapa pentingnya pendekatan tersendiri dalam perencanaan sekolah baik di desa atau di kota yang jarang diperhatikan dunia pendidikan.
Aspek kedua adalah terkait struktur kelas sosial di masyarakat. Dari hasil penelitian, menyatakan bahwa kebanyakan aspek-aspek dalam penunaian fungsi persekolahan diengaruhi oleh fenomena kelas sosial. Pelaksanaan penilaian beserta kriteria yang digunakan dalam eveluasi hasil belajar siswa tampaknya ada hubungan dengn posisi kelas sosial siswa dan guru. Selain itu mobilitas aspirasi para siswa, angka putus sekolah, partisipasi siswa dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler, tingkah laku berpacaran siswa, dan pola persahabatan di kalangan siswa, tampaknya juga dipengaruhi oleh karakter sosial-ekonomi dari keluarga/orang tua siswa.
Aspek yang ketiga adalah stuktur kekuasaan di masyarakat. Pengelolaan program pendidikan di sekolah-sekolah membutuhkan topangan dana yang tidak sedikit, dan hal itu sedikit banyak mempengaruhi mutu program dan hasil pendidikan. Seberpa banyak subsisi ke dunia pendidikan, baik dari pemerintah lokal atau nasional, kenyataannya bergantung pada para pengambil kebijakan di lingkungan struktur kekuasaan yang ada. Sehingga tidak heran jika para administratur pendidikan juga menunjukkan minatnya untuk menelaah struktur kekuasaan yang berlangsung di masyarakat, dan untuk itu lazimnya menyertakan ahli-ahli sosiologi.
Kontribusi keempat sosiologi terhadap lingkungan eksternal sekolah adalah penelitian rantaian penghubung antara sekolah dengan masyarakat. Keberadaan badan pertimbangan sekolah biasanya diasumsikan dengan tidak adanya proporsional asal strata para anggota badan pertimbangan sekolah (strata atas terhadap strata ekonomis) mengakibatkan adanya bias konservatif dalam pertimbangan-pertimbangannya. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh tingkah laku para anggota badan pertimbangan dan memotivasinya untuk menduduki jabatan tersebut terhadap penampilan dan kepuasan kerja para penilik kepala. Faktor lain seperti agama, pekerjaan, dan penghasilan terhadap tingkah laku para anggota. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa serba sulit bagi perkembangan sekolah, meskipun seringkali diabaikan, dengan adanya variabel tingkah laku kelompok kecil orang-orang awam dalam badan pertimabangan sekolah. Hal ini menyebabkan adanya upaya untuk meningkatkan mutu anggota badan pertinbangan sekolah.
Kontribusi yang kelima yaitu bertolak dari telaahan terhdap konflik antara peranan dimana para tenaga kependidikan dihadapkan pada benturan kepentingan dari posisi yang dipegangnya dalam sistem persekolahan dengan posisinya di dalam sistem sosial lain. Banyak harapan-harapan yang terkait dengan posisi guru, dalam kenyataannya berbenturan dengan harapan-harapan posisi lain yang dipegangnya di luar sistem persekolahan.
Hasil penemuan-penemuan diatas menyokong suatu prosisi bahwa konflik antar peranan di antara posisi di sistem persekolahan dengan lingkungan eksternal, merupakan sumber potensial utama lahirnya ketegangan di kalangan praktisi pendidikan, termasuk juga bagi para guru. Dengan tinjauan dan analisis sosiologis, para praktisi pendidikan bisa secara lebih realistis dan peka mengkaji kekuatan-kekuatan majemuk yang ada dan berlangsung dalam konteks penyelenggaraan pendidikan. Dengan sokongan penglihatan dan konsep-konsep sosiologis para praktisi pendidikan bisa lebih jeli memperhitungkan faktor-faktor organisasi, budaya, dan personal di lingkungan kerjanya masing-masing .

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Keberadaan sekolah yang mewarnai dunia kehidupan manusia saat ini merupakan sebuah keniscayaan peradaban modern yang lekat dengan renik-renik pergulatan ilmu pengetahuan dan aplikasi teknologi mutakhir. Sebagai organisasi pada umumnya yang mengemban konsekuensi-konsekuensi organisatoris.
Prinsip Birokrasi dalam Sekolah:
1. Aturan dan prosedur yang ketat melalui birokrasi,
2. Memiliki hierarki jabatan dengan struktur pimpinan yang mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda-beda,
3. Pelaksanaan adminstrasi secara professional,
4. Mekanisme perekrutan staf dan pembinaan secara bertanggung jawab,
5. Struktur karier yang dapat diidentifikasikan, dan
6. Pengembangan hubungan yang bersifa formal dan impersonal. (Robinson, 1981: 241).
Beberapa Pranata Manajemen di Sekolah:
• Manajemen ilmiah (berkarakter mekanistis, ketat, mengutamakan hasil kuantitatif, serta cenderung mengesampingkan unsur-unsur manusiawi di dalam prosesnya)
• Sistem sosio-teknis (memberikan titik tekan pada pengamatan dan pengelompokan jenis-jenis masukan “input” dalam sekolah lalu ditindaklanjuti dengan cara-cara yang relevan)
• Pendekatan sistemik (mengadopsi penanganan lembaga formal pada umumnya untuk menggerakkan roda organisasi. Tetapi memperhatikan sistem sosial yang bekerja di luar sekolah. Tiap sekolah berusaha pula menampung tuntutan-tuntutan dari para orang tua siswa, industri setempat, pendapat profesional dan kebijaksanaan pendidikan)
• Pendekatan individual (mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan dalam organisasi). Dibagi menjadi 2, yaitu: 1. teori pasif, 2. teori aktif
Penyebab Masalah dalam Sekolah:
• Yaitu kurangnya kata persetujuan mengenai tujuan organisasi sekolah itu sendiri.
• kurangnya kesepakatan tentang btasan peranan dari masing-masing pemegang posisi pendidikan.
Penyebab ketegangan di dalam kelas:
• Perilaku siswa yang suka menyendiri, guru kurang peka terhadap fenomena tersebut
• Adanya benturan antara struktur sekolah dengan tugas profesional guru
• Adanya perbedaan norma yang dianut guru dan murid, apa yan diharapkan guru kurang direspon oleh murid. Contoh mengenai prestasi yang diharapkan guru kepada siswa
• Adanya sekelompok siswa yang membuat Gank, sehingga interaksi di dalam kelas tidak bisa normal/sehat
Kontribusi Sosiologi Terhadap Lingkungan Eksternal Sekolah:
• Implikasi pertama ialah, dengan adanya perubahan-perubahan demografis di dalam sistem sosial yang lebih besar (masyarakat), secara materiil akan mempengaruhi komposisi kesiswaan pada suatu sistem sekolah dan hal itu menyebabkan sering kali ada modifikasi kurikulum
• Implikasi kedua adalah terkait struktur kelas sosial di masyarakat. Dari hasil penelitian, menyatakan bahwa kebanyakan aspek-aspek dalam penunaian fungsi persekolahan dipengaruhi oleh fenomena kelas sosial.
• Aspek yang ketiga adalah stuktur kekuasaan di masyarakat. Pengelolaan program pendidikan di sekolah-sekolah membutuhkan topangan dana yang tidak sedikit, dan hal itu sedikit banyak mempengaruhi mutu program dan hasil pendidikan.
• Kontribusi keempat sosiologi terhadap lingkungan eksternal sekolah adalah penelitian rantaian penghubung antara sekolah dengan masyarakat.
• Kontribusi yang kelima yaitu bertolak dari telaahan terhdap konflik antara peranan dimana para tenaga kependidikan dihadapkan pada benturan kepentingan dari posisi yang dipegangnya dalam sistem persekolahan dengan posisinya di dalam sistem sosial lain.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Sanapiah. 1985. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
http:// kontribusi sosiologi terhadap pendidikan. Uns.ac.id
http:// kontribusi sosiologi terhadap pendidikan. Uns.ac.id
Robinson, Philip. 1981. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta: CV.
Rajawali

(Sumber: http://blog.uin-malang.ac.id/jokopurwanto/2011/04/27/78/)

IV. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

BAB 6

PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT



DESKRIPSI DINAMIKA MASYARAKAT INDONESIA

Dilihat dari perspektif pendidikan, dalam masyarakat ada empat sumber masalah, yaitu:

- Rendahnya kesadaran multikultural.

- Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah.

- Kurangnya sikap kreatif dan produktif.

- Rendahnya kesadaran moral dan hukum.

Di pihak lain, konstruk masyarakat masa depan yang ditenggarai secara kuat oleh semangat Bhineka Tunggal Ika yang benar, sistem sosial yang mengakar pada masyarakat, ekonomi berorientasi pasar dengan perspektif global, serta perlunya moralitas hukum yang dijunjung tinggi. Keempat hal tersebut mengiindikasikan orientasi pembangunan yang mengutamakan kepentingan mayoritas yang berimplikasi pada perlunya peningkatan SDM, peningkatan aktivitas sektor ekonomi, pengembangan kreativitas dan produktivitas, dan pengembangan hati nurani. Masyarakat Indonesia baru adalah masyarakat yang harus memiliki karakteristik tersebut yang ditandai dengan menyatunya kepentingan masyarakat, dengan kepentingan negara, tentu saja untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru yang demikian sangat diperlukan strategi yang tepat untuk menyentuh aspek struktural dan aspek kultural dan dinamika proses perkembangan masyarakat.



Dalam perkembangan global, pendidikan sangat berperan untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru. Visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian dan keunggulan yang menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan yang berdasarkan nilai-nilai universal dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sedangkan menurut GBHN tahun 1999, misi pendidikan nasional lima tahun mendatang adalah: Terwujudnya sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh ahklak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, memiliki keterampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan mutu manusia Indonesia.

Misi tersebut dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Misi jangka pendek:

- Penuntasan program pendidikan yang terganggu oleh krisis yakni wajib belajar 9 tahun yang bermutu.

- Pengembangan kapasitas kelembagaan pendidikan.

- Pengembangan program yang mengarah pada penguatan Iptek.

2. Misi jangka menengah:

- Memantapkan dan mengembangkan dan melembagakan secara berkelanjutan apa yang telah dirintis dalam misi jangka pendek.

- Perbaikan aspek kelembagaan dan manajerial.

- Pemberdayaan masyarakat dan sistem pendidikan.

- Perbaikan substansi yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional.

3. Misi jangka panjang:

- Pembudayaan dan pemberdayaan sistem baru dengan iklim serta proses pendidikan yang demokratis.

- Memperdulikan mutu yang ditempatkan dalam perspektif global.



PERKIRAAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN

Istilah “Masyarakat Indonesia Baru” merupakan suatu masyarakat yang dicita-citakan bangsa Indonesia setelah era reformasi. Ada juga yang menggunakan istilah “Masyarakat Madani” atau Civil Society. Masyarakat Indonesia mempunyai ciri-ciri yang khas, berdasarkan ciri-ciri khas tersebut akan dibangun Masyarakat Madani Indonesia.

Untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru ada komponon-komponen dasar yang dibutuhkan, yaitu:

- Kebutuhan untuk terus menguasai lingkungannya.

- Kebutuhan untuk berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun dengan tradisi dan masa lalunya.

- Kebutuhan untuk lepas dari berbagai lingkungan yang menghambat aktualisasi dirinya.

Prinsip-prinsip yang harus dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan tersebut adalah:

1. Prinsip mengembangkan dan menegakkan kedaulatan rakyat.

2. Prinsip mengembangkan dan menegakkan hukum dan keadilan.

3. Prinsip mengembangkan kemajuan Iptek.

4. Prinsip mengembangkan pluralisme masyarakat.

5. Prinsip mengembangkan masyarakat berwawasan lingkungan.

6. Prinsip mengembangkan masyarakat berketuhanan Yang Maha Esa.



Sumber: Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Selasa, 14 Februari 2012

KKN STKIP BIMA " Mandiri Terpadu"

Kemarin tanggal 13/02-2012, dilepas peserta KKN STKIP BIMA tahun akademik 2011/2012. KKN Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena KKN tahun ini bernama KKN Mandiri Terpadu, dimana mahasiswa dituntut untuk melaksanakan kegiatan yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Pak Nasution, M.Pd memberikan kepercayaan pada saya untuk membimbing mahasiswa di lokasi Kota Bima, yaitu di Linkungan Kedo kelurahan Jatiwangi.

Satu harapan yang disampaikan kepada para peserta KKN yang berjumlah 23 orang yaitu agar melaksanakan KKN dengan baik, mengabdi kepada masyarakat secara bersama-sama dan saling menjaga persahabatan di antara anggota kelompok.